Jumat, 22 November 2013

Kebun Raya vs Bangunan Kota

Pesatnya perkembangan tata kota Bogor dalam dua dekade terakhir, turut mengancam kehidupan sejumlah tanaman yang tumbuh di Kebun Raya Bogor.
"Polusi udara kendaraan bermotor yang sangat tinggi serta menurunnya ketersediaan sumber air tanah yang kami konsumsi meyebabkan tanaman menjadi stres," ungkap Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, Didik Widyatmoko usai menghadiri seminar publik LAT-18 menuju Bogor yang berkelanjutan, kemarin.
Ia mencontohkan, jika dalam sepekan saja hujan tak menyambangi Kota Bogor, sudah dipastikan kondisi daun tanaman cepat kering dan rontok. Hal tersebut kata dia sudah berlangsung sejak sepuluh hingga lima belas tahun lalu. "Karena itu kami mengakalinya dengan melakukan penyiraman secara manual, terutama kepada tanamankecil agak tak cepat kering dan rontok,"katanya.
Didik mengungkapkan, kehadiran berbagai bangunan baru seperti hotel disekitar Kebun Raya Bogor turut mempengaruhi ketersediaan sumber air bawah tanah. "Bangunn baru yang ada diduga telah menyerap air tanah disekitar Kebun Raya,"katanya.
Namun begitu, kata dia diperlukan sebuah kajian ilmiah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pembangunan Kota Bogor bagi keberlansungan tanaman yang ada di Kebun Raya. "Kami sedang bekerjasama melakukan penelitian dengan Pusat Peneliti Geoteknologi Bandung dalam mengkaji kondisi air tanah,"ungkapnya.
Keberadaan Kebun Raya Bogor menjadi sangat vital manakala menjadi paru-paru kota ditengah gempuran emisi udara yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor. Selain daripada itu, fungsi asal kebun raya sebagai pusat konservasi dalam menyelamatan keanekaragaman hayati yang telah punah di alam untuk konservasi untuk dikembalikan lagi ke alam bebas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar